CELOTEH ANAK BETAWI

ASSALAMU'ALAIKUM...! MAMPIR YEEE DI MARI...! YUUUK...

Sunday, January 22, 2012

UNEG-UNEG MALAM HARI

    Menjadi seorang penulis itu adalah impian saya. Dengan hanya berbekal ilmu dari hobi membaca saya, maka saya ingin juga menumpahkan apa yg ada di dalam hati dan fikiran saya untuk saya jadikan cerpen. 

     Belajar secara otodidak memang banyak kekurangannya. Baik itu dalam bertutur, dialog, EYD, tanda baca, dan perbendaharaan kata saya yang punya pun masih sedikit. Tidak jarang saya membuka Kamus Bahasa Indonesia untuk saya jadikan panduan menulis saya.

     Buat saya, menulis itu sangat menyenangkan. Saya bisa menumpahkan semuanya di saat hati galau atau ketika saya sedang gembira. Saya juga seringkali terbentur ide yang tiba-tiba macet. Kalau sudah begitu, biasanya saya berhenti dulu menulis. Jalan-jalan keluar rumah, baru setelah pikiran fresh, saya mulai menulis lagi.

      Sebenarnya, sudah beberapa kali tulisan saya dimuat di majalah anak, di sebuah tabloid yang sekarang sudah tidak ada, dan saya juga menerbitkan buku melalui self publishing pada sebuah penerbit. Semua karya saya itu memang tidak memuaskan. Bukan tulisan yang sempurna. Mungkin itu juga yang menyebabkan buku saya tidak laku. Tapi, sebagai orang yang sudah terlalu cinta pada dunia tulis-menulis, saya akan terus memperbaiki semua kekurangan yang ada. Terutama meningkatkan minat baca saya pada buku-buku hasil karya penulis senior. Membaca tulisan mereka adalah pembelajaran yang sarat ilmu. Selain itu, saya juga tidak malu-malu bertanya dengan penulis senior yang ada di facebook. Bahkan, saya pernah meminta beberapa penulis yang saya kagumi untuk membaca tulisan saya dan bertanya, di mana kekurangan yang ada pada tulisan saya. Alhamdulillah, mereka semuanya baik dan ramah, serta tidak sombong. Mereka mau berbagi ilmu, pengalaman, dan motivasi kepada saya. Dan saya sangat berterima kasih kepada penulis-penulis idola saya itu. 

     Sebagai orang yang suka menulis, saya tentu sering mengirimkan karya-karya saya pada redaksi majalah, koran, dan situs online. Rasa kecewa tentu saya rasakan ketika naskah saya selalu ditolak. Baru-baru ini misalnya, saya telah  mengirimkan tiga naskah berturut-turut yang ditolak sebuah redaksi. Naskah saya ini bertema ngocol-ngocolan. Pada naskah saya yang pertama, ia bilang suka dengan gaya ngocol saya, hanya saja kurang hikmah. Lalu, saya kirim lagi naskah kedua. Naskah saya ditolak lagi dengan alasan, kurang ngocol. Kemudian naskah ketiga yang juga ditolak. Alasannya, "dialog cerpen ngocol itu nggak selamanya harus ngocol". Lah, wong namanya juga cerpen ngocol, masa iya saya harus menulis dialognya dengan gaya sastra? 

     Mungkin memang benar adanya, bahwa letak kesalahan tulisan saya memang seperti yang dikatakan editor itu. Kekecewaan saya pun hanya berlangsung sesaat. Seperti kata penulis idola saya, "penolakan naskah itu sudah biasa dalam dunia tulis-menulis. Yang penting, semangat menulis itu harus tetap ada. Dan jangan menyerah!" Kata beliau lagi, "Naskah saya saja masih sering ditolak, kok."

     Ya. Tentu saja! Saya akan terus menulis dan menulis. Saya tidak akan pernah menyerah! Meskipun tulisan saya tidak berkenan di hati para redaktur fiksi, tapi setidaknya saya sudah menuangkan uneg-uneg, ide, atau curahan hati saya dalam sebentuk kisah. Karena hal itulah yang terkadang membuat perasaan saya senang dan lapang. 




          
    
      

2 comments:

Anonymous said...

Ck.ck.ck.ck.ck.ck.top oke buat Mimi.....by ketty (*Ketrin alumni*)

Unknown said...

Ketyyy...apanya yang oke? Gak jelas, ah. Tulisanku kacau balau gini, kok. Tapi, thanks ya udah mau baca.