CELOTEH ANAK BETAWI

ASSALAMU'ALAIKUM...! MAMPIR YEEE DI MARI...! YUUUK...

Saturday, January 14, 2012

MENCARI JEJAK TANGAN-TANGAN JAHIL

      Pernahkah Anda merasa dijahili atau diusili? Bagaimana sikap Anda jika tahu bahwa semua itu dilakukan seseorang dengan sengaja? Suka, atau marahkah Anda menanggapi semua itu? Atau, malah bersikap biasa-biasa saja?

     Saya rasa, setiap orang nggak ada yang suka dijahili. Apalagi ketika hal itu berulang kali dilakukan, kita akan merasa dilecehkan, dan sudah pasti keseharian kita menjadi kurang nyaman. 

     Hal-hal seperti itu sering saya rasakan sendiri. Saya dan keluarga kerap mendapatkan perlakuan tangan-tangan usil di lingkungan rumah saya sendiri. Setiap kali menyapu halaman depan rumah saya, sering saya dapati pecahan beling, entah itu dari serpihan bola lampu, serpihan botol, atau pecahan beling lainnya. 

     Padahal, setiap kali saya menemukan pecahan beling pada saat menyapu halaman, saya selalu membuangnya ke tempat sampah. Tapi, kenapa pecahan beling itu selalu saja ada? Seakan tak pernah ada habisnya.  

     Bahkan, pernah saya temukan pecahan piring yang terbelah dua dibuang dekat rimbunnya tanaman-tanaman saya.  Kebetulan pagar tembok saya berbatasan dengan rumah kontrakan tetangga. Tanpa banyak kata, saya pun langsung menaruh kembali pecahan piring itu di atas pagar tembok. Saya memang sengaja tidak membuang pecahan piring itu ke tempat yang semestinya. Karena, saya ingin orang iseng itu tahu, bahwa saya tahu perbuatannya dan tidak senang dijahili.

     Kemudian, ada hal lainnya yang mungkin juga ini perbuatan orang iseng. Di depan pagar rumah saya, sering ada (maaf) bangkai tikus yang teronggok tepat di pintu pagar rumah. Atau juga tercium bau pesing di depan pagar rumah saya.

     Lalu, ada pula pepohonan di pekarangan belakang dan samping rumah saya yang sudah jadi korban ulah tangan-tangan iseng. Tanpa minta ijin terlebih dulu, orang tersebut main tebang saja. Ketika ditegur dia menjawab enteng. Dia bilang, pohon ini merusak genteng rumahnya yang kebetulan ada di bawah pohon milik keluarga saya. Tetapi, sebagai manusia yang  saling menghormati dalam hidup bertetangga, bersosialisasi satu sama lain, semestinya semua itu dibicarakan lebih dulu oleh pemilik pohon. Jangan asal main tebang saja. 

     Pada mulanya saya merasa kesal, geram, dan marah. Namun, setelah suami menyarankan untuk tidak menanggapi semua itu, saya pun pelan-pelan bisa menerima ulah orang iseng itu  selama tidak mengganggu keselamatan hidup keluarga saya. Karena, biar bagaimanapun juga kerukunan hidup bertetangga itu perlu dijaga keharmonisannya. Hanya saja, terkadang saya merasa was-was ketika anak-anak saya dan temannya bermain di halaman. Saya takut kaki mereka terkena pecahan beling.

    Saya, di dalam hati mungkin bisa mengira-ngira siapa pemilik tangan-tangan usil itu. Mungkin saya sudah su'udzon dengan orang, tapi sebagian memang saya tahu pasti siapa orang tersebut. 

      Terakhir kemarin, galah saya untuk memetik daun sirsak hilang tanpa jejak. Tapi sekali lagi, saya hanya bisa geram di dalam hati.  

No comments: