MAJALAH BERDI No.23/Th.II-2012
ARA DAN IRA
ARA DAN IRA
Oleh:
Mimi Aira
Sore
ini Ara dan Ira hendak bersepeda mengelilingi kompleks perumahan. Di luar,
teman-teman Ara dan Ira sudah tak sabar
menunggu. Mereka berteriak-teriak ribut memanggil nama Ara dan Ira.
“Cepat, Kak!” Ara tiba-tiba masuk ke kamar
Ira.
“Aduh, aku salah pakai!” pekik Ara ketika
melihat baju yang dipakai Ira.
“Sebentar ya, Kak,” katanya lagi. Ara pun
cepat-cepat kembali ke kamarnya. Tak lama kemudian, Ara, adik kembar Ira itu
sudah kembali lagi.
Namun, Ira kaget ketika melihat Ara
memakai kaos oblong merah jambu motif bunga-bunga. Ternyata, Ara sengaja
berganti pakaian yang sama dengan Ira ketika kembali ke kamarnya tadi. Dengan
wajah cemberut Ira lalu mencopot jepit
rambutnya.
“Aku nggak jadi ikut deh, Ra. Kamu saja
yang pergi,” kata Ira tanpa terduga.
“Lho, kenapa sih, Kak? Tadi Kak Ira
sendiri, kan, yang menerima ajakan mereka?” Kini Ara yang kaget mendengar
omongan Ira.
“Aku nggak mau kita pakai baju yang sama,
Ra.”
“Tapi kita, kan, anak kembar, Kak!” potong
Ara cepat.
“Memang kalau kembar itu semuanya harus
serba sama?” sergah Ira.
Ara terdiam sejenak. Lalu katanya, “Kak
Ira nggak kompak lagi, nih. Dulu Kakak nggak pernah malu kita pakai baju yang
sama,” ucap Ara pelan.
“Ara, kamu ngerti, dong. Kita sudah besar.
Masa harus pakai baju yang sama terus, sih!” suara Ira sedikit meninggi.
Ara terdiam sejenak. “Ya sudah, kalau Kak
Ira maunya begitu. Tapi aku nggak mau ganti baju lagi. Kak Ira saja yang ganti
baju sana,” kata Ara akhirnya.
Wajah Ira berseri-seri. Ia pun segera berganti
pakaian. Ira memang sudah mulai malu jalan berdua Ara dengan memakai baju yang
sama. Ia juga berpesan pada mamanya agar tidak lagi membelikan sesuatu untuknya
yang sama persis dengan Ara.
“Ara, aku sudah siap, nih! Berangkat yuk…”
ucap Ira riang.
“Terlambat, Kak! Teman-teman kita sudah
pergi semua. Kak Ira sih kelamaan ganti bajunya.” Muka Ara bersungut-sungut.
Dengan kesal ia masuk ke kamarnya seraya membanting pintu.
“Kita susul mereka, Ra!” teriak Ira dari
luar.
“Kakak pergi saja sendiri!” Ara balas
berteriak.
“Kok malah ngambek, sih,” gumam Ira.
Sejak saat itu, Ara tidak pernah lagi
memakai sesuatu yang sama dengan Ira yang menandakan, bahwa mereka adalah dua saudara
kembar. Tentu saja Ira merasa senang sekali. Sebab, Ara mulai memahami
keinginannya.
***
Hari minggu pagi muka Ira tampak muram.
Tidak seperti biasanya Ira bersedih seperti itu. Melihat wajah kakaknya murung
terus, Ara mencoba menanyakannya langsung.
“Ada apa sih, Kak? Sore ini kita mau ke
pesta ulang tahun Anya, kan? Seharusnya Kak Ira gembira, dong,” tegur Ara
hati-hati.
Tapi Ira tak mau menjawab. Mimik wajahnya
muram dan sedih. Ia teringat lagi obrolannya dengan Anya kemarin. Saat itu Anya
bersemangat sekali bercerita tentang persiapan pesta ulang tahunnya.
“Pokoknya, ulang tahunku kali ini paling
spesial, Ra. Makanya, besok, supaya aku tidak bisa menebak yang mana kamu, dan yang
mana Ara, kalian berdua harus dandan semirip mungkin!” Anya menjelaskan
keinginannya kepada Ira.
“Pakaian juga harus sama ya, An?” tanya
Ira.
“Iya dong!” jawab Anya bersemangat.
Duuuh, kenapa sih Anya malah menyuruhnya
memakai pakaian yang sama dengan Ara? Buat Ira, permintaan Anya itu terlalu
berat. Tapi, Anya itu kan sahabat karib ia dan Ara. Kalau Ira menolak pasti
Anya akan sangat kecewa sekali. Dan sekarang, Ira benar-benar bingung
memikirkannya.
“Kak Ira…!” Ara mengagetkan Ira yang
sedang melamun.
“Kok malah bengong, sih? Ada apa sih, Kak?
Cerita dong sama Ara,” pinta Ara.
Ira tetap tak mau menjawab. Mulutnya masih
terkunci rapat. Lalu dengan tergesa ia tinggalkan Ara sendirian di teras depan.
Sore harinya, Ara dan Ira sudah
bersiap-siap ke pesta ulang tahun Anya.
“Kita pakai baju yang ini saja, Ra. Jepit
rambutnya pakai yang kupu-kupu. Oh iya, jangan lupa pakai sepatu kesayangan
kita juga ya, Ra.” Ira tampak bersemangat sekali.
“Lho, Kak Ira, kan, tidak mau pakai baju
yang sama denganku?” Ara terheran-heran.
“Hari ini kita harus tampil istimewa di
depan Anya, Ra. Kita buat dia susah membedakan yang mana aku, yang mana kamu.
Kamu setuju kan, Ra?” Mata Ira mengerling lucu pada Ara.
Ara pun cepat mengangguk. Ya, tentu saja
Ara setuju. Mereka melakukan ini demi menyenangkan hati Anya, sahabat mereka.
Jadi, siapa bilang Ira tidak bisa tampil kompak lagi dengan Ara?
No comments:
Post a Comment